Dunia, Jakarta - Presiden terpilih Amerika Serikat, Donald Trump, mengatakan kepada Presiden Filipina Rodrigo Duterte bahwa Manila sedang menjalankan perang narkoba dengan "cara yang benar".

Hal itu disampaikan Trump ke Presiden Duterte saat Duterte melakukan panggilan telepon dengan taipan properti asal New York tersebut.

Presiden Filipina menelepon Trump pada Jumat sore untuk mengucapkan selamat atas kemenangannya pada pemilu Amerika Serikat. Lalu, Trump membalas memuji keberhasilannya pada tindakan keras anti-kejahatan, sekitar 4.800 orang telah tewas sejak Juni.

"Trump juga sensitif dan khawatir tentang narkoba. Dan dia ingin saya tetap melanjutkan kampanye itu. Trump juga mengatakan bahwa kita lakukan sebagai sebuah negara yang berdaulat, dengan cara yang tepat, " kata Duterte, Minggu, 4 Desember 2016.

Presiden Duterte, 71 tahun, yang meluncurkan perang terhadap kejahatan sejak dilantik menjadi pemimpin Filipina, telah menghadapi serangkaian kritik dan kecaman, baik dari dalam maupun luar negeri. Termasuk dari Presiden Amerika Serikat saat ini, Barack Obama, yang telah membuat panas hubungan kedua negara.

Bahkan kedua negara sempat ingin membatalkan beberapa perjanjian, termasuk kerja sama kemanan yang telah bertahan selama puluhan tahun.

Namun, hubungan kedua negara kemudian mencair pasca terpilihnya Trump menggantikan posisi yang akan dilepaskan Obama pada Januari mendatang.

Trump mengatakan kepada Duterte bahwa pemerintahannya setuju untuk terus menjalin kerja sama di berbagai bidang.

Dalam video yang diluncurkan pihak istana Malacanang terkait pembicaraan itu terlihat Presiden Duterte tertawa bahagia saat tengah berbicara dengan Trump.

Duterte memenangkan pemilihan presiden pada Mei 2016 setelah berikrar untuk membunuh puluhan ribu tersangka kasus narkoba. Sejak menjabat, ia mendesak polisi dan warga sipil untuk membunuh pengguna narkoba.

Duterte juga mengatakan ia akan senang menyembelih 3 juta pecandu narkoba dan menyamakan kampanyenya dengan usaha pemimpin Nazi Adolf Hitler untuk menghapus Yahudi di Eropa.

CNN | NEW YORK TIMES | WASHINGTON POST | YON DEMA